1001 Langkah
Ngiikkk, . . . .
Terdengar suara pintu kamar Okta terbuka. Belakangan ini dia terlihat begitu gelisah. yang di lakukannya hanya lah mondar mandir dan keluar masuk kamar. Itu membuat Anel yang merupakan sepupunya merasa khawatir. Mlihat tingkah lahu sepupunya yang menghawatirkan dia pun berusaha ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
ketika itu hari beranjak senja, Saat itu Anel melihat Okta sedang duduk di depan teras sambil melamun. tanpa bermaksud untuk mengagetkannya di hampirinya sepupunya itu dengan perlahan. Kemudian dia diuduk tepat di sampingnya.
Dengan sedikit basa basi dia memulai pembicaraan.
Wahh . . Sore sore begini sudah melamun. awas kesambet lohh .
Hmmm. (dengan senyuman yang sedikit aneh) iya nih lagi bingung.
Bingung ?? Bingung kanpa ??
Okta pun mulai bercerita tentang suatu keinginannya yang membuat sikapnya sedikit berubah akhir akhir ini. setelah bercerita cukup panjang dan akhirnya selesai juga. sejenak suasana menjadi hening.
Dengan wajah sedikit murung Okta bangkit dari tempat duduknya dan beranjak meninggalkan tempat itu. dan lalu,
Bang . . . panggil Anel yang membuat langkahnuya terhenti.
yaa, udah nggak ada salahnya kan di coba. kata Anel dengan sedikit memberi semangat.
hari beranjak larut malam. Okta hanya mengurung diri di kamar sambil memikirkan tentang pa yang di katakan sepupunya Anel tadi..
kukuruyukkkkk . . .
pagi itu ntah ayam siapa yang berkokok begitu cepat. saat Anel terbangun dan keluar dari kamar nya dia melihat okta sudah berdiri dengan pakaian rapi dan membawa sekantung bekal. penampilannya hari itu layaknya orang yang akan pergi jauh.\
dengan wajah yang masih mengantuk di tambah perasaan bingung dengan penampilan sepupunya itu, dia mendekat dan bertanya.
" Mau kemana bang ?? "
Dengan sedikit senyum dia menjawab. "seperti katamu semalam "Dicoba"" .
Okta langsung beranjak meninggalkan sepupunya yang masih bingung dengan apa yang terjadi.
Pejalanan panjang pun dimulai. Dengan membawa sebuah kantung dia pergi meninggalkan rumah. Nggak tau dia sudah berjalan berapa lama tapi hari itu dia merasakan begitu lelah. Akhirnya dia memutuskan untuk rehat sejenak di antara pepohonan.
merasa cukup. Dia berdiri dan segra beranjak melanjutkan perjalanan yang masih begitu panjang. pana teriknya matahari yang menghalangi perjalannya tak di hiraukannya, dia hanya berjalan dan berjalan berharap sesegera mungkin bisa sampai pada tempat tujuan.
Ntah sudah berapa tikungan dan berapa bukit yang di laluinya kini terhampar luas danau yang harus di laluinya. tapi itu tak menghambat perjalannya.
Hari itu cuaca semakin tak tak bersahabat, dia mulai berfikir untuk menginap apa terus melanjutkan perjalanan. Dengan harapan bisa segera sampai dan kembali pulang dia tak berrhenti hari itu, dia terus melanjutkan perjalanan.
Setelah melewati berbagai rintangan akhirnya dia sampai di tempat tujuannya. segera dia selesaikan urusannya dan kembali pulang ke rumah.
Dan perjalanan itu berakhir ketika iya tiba di rumah. Nggak tau sudah berapa lama dia pergi meninggalkan rumah sampai sampai orang orang hanya meliahatnya berlalu menuju kamar tanpa ada sepatah kata pun.
sesampainya di kamar.dia hanya bergumam di dalam hati.
"Sialll" kenapa tadi jalan kaki, kenapa nggak naik motor aja.
walau cuman ke pasar perum yang jaraknya kira kira 500 meter, tapi karna cuaca hari itu begitu panas di tambah lagi puasa. Itu bukanlah ide yang baguss !!!
0 komentar:
Posting Komentar